Kamis, 15 Mei 2014

Komunikasi Sosial



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkunagnnya. Gerak dan suara tangisan pertama pada saat bayi dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.
Komunikasi dikalangan masyarakat sangatlah penting, karena dengan berkomunikasi kita mampu mengenal arti dari sebuah sosialisasi antara satu dengan yang lain kita juga bisa memperoleh informasi yang sebelumnya tidak diketahui. Melalui komunikasi inilah informasi dari satu pihak kepihak yang lain dapat menyebar luas, baik itu melalui media atau komunikasi secara langsung.
B.  Rumusan Masalah
1.   Apa Pengertian Komunikasi ?
2.   Apa fungsi dan tujuan dari adanya komunikasi ?
3.   Apa pengertian Sosial ?
4.   Apa Pengertian Komunikasi Sosial ?
5.   Apa Fungsi Komunikasi Sosial ?
6.   Apa saja Efektivitas dan Kesulitan Komunikasi ?
7.   Bagaimana Konsep-konsep komunikasi sosial dan pembangunan ?

C. Tujuan Makalah
1.   Untuk mengetahui dan memahami pengertian secara menyeluruh tentang komunikasi.
2.   Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari adanya komunikasi
3.   Untuk mengetahui pengertian secara menyeluruh tentang sosial.
4.   Untuk mengetahui pengertian yang dimaksud dengan komunikasi sosial.
5.   Untuk mengetahui tentang fungsi komunikasi sosial.

                                                                            BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut dengan communication, berasal dari kata communicatio atau berasal dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.[1]
Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan menjadi lebih baik apabila diantara keduanya saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak atanra pengirim dan penerima dapat saling memahami.
Hal ini tidak akan berarti jika kedua belah pihak harus menyetujui dalam suatu gagasan tersebut, yang terpenting adalah diantara kedua belah pihak saling memahami gagasan tersebut.Hal seperti inilah yang dapat dikatakan sebagai komunikasi yang baik (komunikatif).[2]
Salah satu persoalan didalam member pengertian komunikasi yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya.Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya, psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu elektronika, dan lain-lain.
Carl I. Hovland dari Universitas Yale misalnya mempelajari komunikasi dalam hubungannya dengan perubahan sikap manusia.Carles E. Osgood di Universitas Illinois mempelajari studi empiric arti pesan[3]. Paul F. Lazarsfeld dengan teman-temannya di universitas Columbia mempelajari komunikasi antar pribadi (personal) dalam kaitannya komunikasi massa
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi.
Sebuah definisi singkat dibuat Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya.”
Jadi, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.[4]
B.  Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi dilihat dari arti lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:[5]
v Informasi : penggumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimenegerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan secara tepat
v Sosialisasi (permasyarakatan) : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat.
v Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok  berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
v Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan slaing menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat nasional dan lokal.
v Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak dan pendidikan ketrampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
v Memajukan kebudayaan : penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
v Hiburan : penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan image dari drama,tari, kesenian, kesusteraan, musik, olahraga, permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu.
v Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk mmperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling mengenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandanagn dan keinginan orang lain.
Adapun tujuan dari komunikasi adalah untuk menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka agar apa yang kita sampaikan atau kita minta dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai[6].
     Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain :
v Supaya yang kita itu dapat dimengerti
v Memahami orang lain
v Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain
v Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan : mengharapkan pengertian, dukungan gagasan dan tindakan.[7]
C. Pengertian Sosial
Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja halnya dengan orang memakai cincin. Memang cincin di pasangkan pada jari tanggan. Akan tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari. Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.[8]
Dalam tulisan pendek ini akan dijelaskan pengertian dasar dari kata sosialisasi. Kata sosialisasi berasal dari kata sosial. Kata  “sosial” digunakan untuk menunjukan sifat dari makhluq yang bernama manusia. Sehinga munculah ungkapan manusia adalah makhluk  sosial. Ungkapan ini berarti bahwa mnusia harus hidup berkelompok atau bermasyarakat. Mereka tidak dapat hidup dengan baik kalau tidak berada dalam kelompok atau masyarakat.[9] Dengan kata lain untuk hidup secara memadai dia harus berhubungan dengan orang lain. Masing-masing manusia (orang) saling membutuhkan pertolongan sesamanya.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain yang paling penting proses   terjadi adalah suatu reaksi yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan.  Reaksi itu disebut dengan proses sosial. Proses sosial itu terjadi disebabkan karena dalam tiap-tiap diri mausia Allah telah menanamkan mawaddah dan  rahmah.
Mawaddah adalah perasan atau keinginan yang berupa harapan.  Setiap orang memiliki   harapan-harapan terhadap orang lain, terutama yang terdekat dengan dia. Seperti harapan tidak disakiti, harapan untuk selalu membantu dan harapan lainnya. Sebaliknya dalam tiap diri manusia itu ada sifat rahmah, dengan sifat ini seseorang selalu membantu atau mengasihi orang lain terutama yang terdekat dengan dia. Tiap orang selalu memberi atau mengasihi. Yang diberikan itu tentu saja dalam pengertian luas, bisa berupa perlindungan atau tidak menyakiti atau membantu meringankan kerja dan lain sebagainya. Makanya dengan sifat dasar dari mnusia itu terjadilah interaksi. Dalam sosiologi biasa disebut dengan istilah interaksi sosial[10].
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara orang perorangan, antara orang dengan kelompok dan juga antara kelompok dengan kelompok manusia lainnya. Di dalam interaksi itu salah satu faktor yang sangat penting dalam kelancaran dan kesuksesannya adalah komunikasi. Dengan menggunakan bahasa yang sama maka proses komunikasi dalam berinteraksi akan terlaksana dengan mudah.
Pada prakteknya proses sosial ini terjadi dapat dibagi dua bentuknya, pertama proses interaksi yang menjurus kepada konflik. Dengan konflik orang-perorang bisa saja terjadi pertengkaran, perkelahian dan dapat berakibat timbulnya perceraian atau perpecahan. Dan yang kedua interaksi yang menjurus kepada kesepahaman dan persuadaraan atau menghasilkan hubungan baik sesamanya.
Interaksi sosial yang kedua ini yang mengantarkan seseorang kepada saling pengertian dan persaudaraan disebut sebagai sosialisasi. Proses sosialisasi adalah proses penyesuaian diri. Dengan kemampuan penyesuaian diri itulah orang dapat hidup dengan baik. Apa yang terjadi atau yang dilakukan dalam proses sosialisasi itu ?
Pertama adalah proses belajar atau belajar sosial, yaitu seseorang mempelajri berbagai macam peran sosial. Pada peran sosial itu ada berbagai fungsi yang harus dijalankan, yakni  fungsi atau tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain atau kelompoknya. Peran sosial merupakan pola-pola tingkah laku yang umum yang dilakukan oleh orang yang mempunyai posisi sosial yang sama atau sederajat. Atau dengan kata lain yang di pelajari  adalah bentuk tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain atau mesyarakat. Juga termasuk mempelajari seluk-beluk bahasa yang digunakan setiaap hari.
Di dalam proses belajar sosial tersebut seseorang akan tahu dan memahami tingkah laku yang disukai atau diharapkan dan yang ditolak oleh orang lain atau kelompoknya.  Sebagai contoh fungsi-fungsi orang tua selalu diharapkan oleh anak-anaknya. Berbicara yang tidak menyakitkan hati selalu diharapkan oleh setiap orang. Demikian juga dengan tingkah laku yang tidak diharapkan, mereka bersepakat didak melakukannya. Juga bersama-sama menolaknya.
Dengan proses sosialisasi itu seseorang akan mengenal dan memahami berbagai nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat. Dengan sosialisasi juga akan menimbulkan kesepakatan-kesepakatan untuk bekerjasama.  Mulai dari hal-hal sangat sederhana hingga persoalan yang lebih kompleks.  Sosialisasi dapat terlaksana seumur hidup, dalam hal ini dapat saja berupa Pendidikan Seumur Hidup atau life long education. Dengan pengertian lebih luas proses sosialisasi adalah proses belajar bergaul di dalam masyarakat dan budaya tertentu.
Kedua, proses sosialisasi adalah proses pembentukan sikap  loyalitas sosial. Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan saling memberi kearah ang lebih baik.  Kita  sangat mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga hal yang harus dilkukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini  yakni :
Pertama, kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil (minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong kepada orang  lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.
D. Komunikasi Sosial (Sosiologi Komunikasi)
1.   Definisi Komunikasi Sosial
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicate yang memiliki tiga arti yaitu bergaul dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada orang lain; berhubungan dengan orang lain. Sehingga dari kata kerja itu terbentuk kata benda communication yang dapat diartikan menjadi komunikasi. Oleh karena itu komunikasi dapat diartikan pergaulan, pemberitahuan, dan perhubungan. Akan tetapi dalam pembicaraan kita ini komunikasi yang berarti pemberitahuan.
Komunikasi juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Jadi, Komunikasi sosial dapat di artikan suatu proses interaksi dimana seseorang atau sesuatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain agar pihak lain itu dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampainya baik secara verbal maupun nonverbal.[11]
Pengertian komunikasi ditinjau dari dua sudut pandang yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara para digmatik, sehingga akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan tehnik komunikasi itu.
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat sejak bangun tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi.
2.   Unsur-unsur Komunikasi Sosial
Menurut Hendropuspito, pengertiaan komunikasi sosial itu mencakup unsure-unsur sebagai berikut:[12]
v Komunikator, yaitu pihak yang memulai komunikasi. Komunikator dapat diartikan sebagai orang atau suatu institusi. Dalam proses komunikasi komunikator merupakan unsur yang aktif, yang mengambil prakarsa untuk bertindak.
v Amanat, yaitu merupakan hal yang di sampaikan. Amanat berupa perintah kabar buah pikiran, pendapat,anjuran dan sebagainya. Maksud penyampaian ialah upaya pemahaman dan tanggapan pihak lain, yaitu pemerima amanat, searti dengan pengirim. Jika amanat berupa perintah, hendaknya perintah itu di laksanakan. Jika buah pikiran hendaknya dimengerti sebagai komunikasi.
v Media untuk penyampai amanat, yaitu daya upaya yang dipakai untuk menyampaikan amanat kepada penerima. Dalam uraian selanjutnya dinamakan “media komunikasi sosial”. Media komunikasi sosial ini memiliki dua unsur yaitu unsur pertanyaan (ungkapan) amanat itu sendiri dan alat yang dipakai untuk menyampaikan amanat itu. Penyataan (ungkapan) berbeda-beda bentunya antara lain: tanda kode, isyarat, gerak badan, perkataan, lisan atau tertulis, lambang-lambang yang dapat di mengerti. Menurut situasi dan kondisinya alat yang di gunakan untuk menyampaikan komunikasi juga berbeda antara lain: surat, telepon radio, televisi, pita suara, media cetak, juga seni lukis dan seni pentas, dan lain-lain.
v Komunikasi yaitu orang atau satuan orang-orang yang menjadi sasaran komunikasi itu. Kepada mereka amanat disampaikan, dari mereka juga diharapkan tanggapan, dan dalam diri mereka proses komunikasi berakhir. Dalam proses komunikasi, komunikan unsur pasif yang merupakan lawan dari komunikator yang bersifat aktif.
v Tanggapan (respons), merupakan tujuan dari komunikator, yang di ingginkan adalah tanggapan dari komunikan sama dengan maksud komunikator. Dengan demikian komunikasi berhasil. Efektivitas komunikasi tercapai.
3.   Jenis-jenis Komunikasi Sosial
Menurut Hendropuspito komunikasi sosial dapat di klasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut sudut pandang tertentu. Berikut ini jenis-jenisnya:[13]
·      Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung
Komunikasi langsung (direct communication) juga disebut komunikasi dari muka ke muka (face to face). Si pengirim amanat berhubungan langsung dengan si penerima, komunikasi jenis ini biasanya yang sering dilakukan oleh masyarakat dan di pengirim amanat dapat langsung menerima tanggapanya, selain itu jenis komunikasi ini memberikan suasana tersendiri lebih akrab dan saling percaya.
Komunikasi tidak langsung (indirect communication) terjadi apabila dalam berkomunikasi menggunakan satu atau lebih perantara. Komunikasi ini terjadi dalam situasi tertentu misalnya karena jarak dan karena sifat amanat itu sendiri dirasa kurang sesuai jika disampaikan oleh si pengirim (pemberian maskawin sebagai tali pengikat dua mempelai) atau karena mendamaikan pihak yang sedang bermusuhan
·      Komunikasi Satu Arah dan Komunikasi Timbal Balik
Komunikasi satu arah (one-way communication) terjadi apabila penyampaian amanat itu datang dari satu jurusan, jadi tidak mungkin ada tanggapan langsung dari penerima. Contohnya perintah harian ketentaraan, siaran radio, televisi. Bentuk komunikasi ini menciptakan hubungan yang kaku karena tidak  mungkin ada tanggapan langsung.[14]
Komunikasi timbal balik  (reciprocal communication) terjadi apabila pihak penerima bisa member tanggapan langsung pada pemberi, misalnya berbicara lewat telepon, musyawarah. Bentuk komunikasi ini dapat mempererat hubungan persaudaraan karena kedua belah pihak saling aktif.
·      Komunikasi Bebas dan Komunikasi Fungsional
Komunikasi bebas (nonorganik)  tidak terikat pada formalitas yang harus ditaati. Satu-satunya ikatan yaitu kode sosial-kultural, misalnya komunikasi dalam pergaulan biasa dimana kedua belah pihak harus mengenal aturan sopan santun.
Komunikasi fungsional (institutional) terikat pada atuuran yang bersangkutan. Komunikasi ini bersifat fungsional dan strukturan, misalnya pejabat pemerintahan terhadap bawahannya, formalitas tertentu, seperti pinata laksana (protokoler).
·      Komunikasi Individual dan Komunikasi Massal
Komunikasi individual (individual communication) ditunjukkan kepada satu orang yang sudah dikenal. Pihak komunikan bukan anonym, tapi orang yang dikenal baik oleh pihak komunikator. Hasil komunikasi memiliki bobot tersendiri. Komunikasi massal (mass communication) ditunjukkan pada umum yang tidak dikenal. Pihak komunikan terdiri dari berbagai massa sengan berbagai sosio-kultural, ras dan usia.
E.  Fungsi Komunikasi Sosial
Uraian berikut ini merupakan aspek-aspek dari fungsi komunikasi sosial yang kita maksud :[15]
a)   Memberi Informasi
Informasi perlu disampaikan kepada warga masyarakat karena kenyataannya menunjukkan bahwah:
v Manusia hanya dapat maju dan berkembang apabila dia mengetahui nilai-nilai yang perlu dicapai.
v Tidak semua orang memiliki pengetahuan yang sama mengenai nilai-nilai yang sudah berhasil di capai, mengenai sarana-sarana  yang harus dipakai, dan bahaya-bahaya yang harus disingkiri.
v Setiap orang mempunyai hak asasi untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi hidupnya.
v Organisasi manusia tidak akan berjalan dengan baik apabila didalamnya tidak disediakan tempat-tempat sumber informasi untuk menyiarkan apa yang berguna bagi kehidupan bersama, tidak hanya hal-hal yang penting untuk kepentingan jasmani, rerapi hal-hal yang menyangkut rohani yang tidak kurang pentingnya bagi manusia.
b)  Memberi Bimbingan
Baik secara langsung atau tidak langsung komunikasi berfungsi memberikan bimbingan bagi warga masyarakat. Bimbingan yang bernilai tinggi akan menumbuhkan gairah kerja, selain itu jika ada masyarakat yang menyimpang dari pola-pola lelakuan yang benardapat dikembalikan kejalan yang benar.
Bimbingan disampaikan lewat pesan (amanat) yang sifatnya menuntun, menyetujui, menolak, mencela, menegur, mendukung atau menentang, mengajak atau menganjurkan, member petunjuk mengenai prioritas tertentu diantara tindakan yang harus dilaksanakan.
c)   Memberi Hiburan
Di dalam suatu masyarakat pasti ada masyarakat yang gagal maupun yang berhasil. Dimana dalam ke adaan masyarakat yang berhasil  akan mengalami kelemahan fisik. Sementara masyarakat yang gagal akan mengalami kelemahan fisek dan frustasi. Mereka membutuhkan hiburan. Jawaban dari masalalah sosial tersebut adalah komunikasi sosial.
Jadi, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimanamakan, minum, berbicar sebagai manusia dan memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.
1.   Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang disekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia. Bahkan kita pun tidak akan pernah menyadari nama kita adalah “Badu” atau si “Mincreung”, bahwa kita adalah lelaki, perempuan, pintar atau menyenangkan, bila tidak ada orang-orang disekitar kita yang menyebut kita demikian.
Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai, anda berpikir anda cerdas bila orang-orang disekitar anda mengaggap anda cerdas, anda merasa anda tampan atau cantik bila orang-orang disekitar anda juga mengatakan demikian. Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang disebut significant others. Orang tua kita, atau siapapun yang memelihara kita pertama kalinya, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka bahwa kita baik, bodoh, cerdas nakal, rajin, ganteng, cantik, dan sebagainya. Merekalah yang mengajari kita kata-kata pertama. Hingga derajad tertentu kita bagai kertas putih yang dapat mereka tulisi apa saja atau tanah lihat yang dapat mereka bentuk sekehendak mereka. Kita dapat memperkirakan perbedaan konsep diri seseorang dengan memperhatikan kata-kata yang orang ucapkan, kita dapat menduga dari kelas atau golongan mana ia berasal. Sadar akan pentingnya citra diri dimata orang lain, sebagian orang berbicara dengan menggunakan banyak istilah asing, meskipun tatabahasa atau ucapannya keliru yang pada kata sebenarnya juga tersedia pada bahasa Indonesia agar dipandang intelektual dan modern.
2.   Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frase filosof Prancis Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo Sum (“saya berpikir, maka saya ada”) menjadi “Saya beerbicara, maka saya ada”. Bila kita berdiam diri, orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita berbicara, kita menyatakan bahwa sebenarnya kita ada. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat pada uraian penanya seminar. Meskipun penanya sudah di ingatkan  moderator untuk berbicara singkat dan langsung kepokok permasalahan, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebar, menguliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang tidak relavan.eksistensi diri juga sering dinyatakan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang-sidang mereka yang bertele-tele, karena mereka merasa dirinya paling benar dan paling penting, setiap orang ingin berbicara dan didengarkan. Fenomena itu misalnya pernah muncul dalam sidang-sidang selama berlangsungnya sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bulan Oktober 1999 malalui banjir interupsi dari begitu banyak peserta sidang, khususnya pada 3 hari pertama. Banyak interupsi yang asal-asalan, tidak relavan, kekanak-kanakan, kocak, konyol, menjengkelkan, naif, dan terkadang memuakkan.
3.   Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidu. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar, ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya, ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas internasional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan irihati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan perasaan yang lainnya. Karena itu, kita tidak mungkin, kita dapat mengenal cinta bila kita pun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna pelecehan bila kita tidak mengenal makna penghormatan.
 Lewat umpan balik dari orang lain kita memperoleh informasi bahwa kita orang yang berharga. Penegasan orang lain atas diri kita membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri dan percaya diri. Melalui komunikasi dengan orang lain, kita dapat memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang disekitar kita. Tanpa pengasuhan dan pendidikan yyang wajar, manusia akan mengalami kemerosotan emosional dan intelektual. Kebutuhan emosional dan intelektual itu kita peroleh petama-tama dari keluarga kita, lalu dari orang-orang dekat di sekeliling kita seperti kerabat dan kawan-kawan sebaya dan barulah dari masyarakat umumnya. Orang yang tidak memperoleh kasih sayang dan kehangatan dari orang-orang disekelilingnya cendrung agresif. Pada gilirannya, agresifitas ini melahirkan kekerasaan terhadap orang lain. Stewart menunjukkan bahwa orang yang terkucil secara sosial cenderung lebih cepat mati. Selain itu, kemampuan berkomunikasi yang buruk ternyata mempunyai andil dalam kematian seseorang.
Misalnya, Kaisar Frederick II, penguasa romawi abad ke-13, membuat percobaan dengan memasukkan sejumlah bayi ke labotarium. Anak-anak itu dimandikan dan disusui oleh ibu-ibu, namun bayi-bayi itu tidak diajak berbicara. Ia ingin mengetahui apakah bayi-bayi itu akan berbicara dalam bahasa Hebrew, atau Yunani, atau Latin, atau Arab, atau bahasa orang yang telah melahirkan mereka. Upaya tersebut sia-sia karena sebuah bayi itu mati. Mereka tidak dapat hidup dalam belaian, wajah riang, dan kata-kata sayang dari ibu angkat mereka. Sementara Eric Berne mengembangkan suatu teori hubungan sosial yang ia sebut Transactional Analysis (1961). Terinya berdasarkan hasil penelitian mengenai keterlantaran indrawi (sensory deprivation) yang menunjukan bahwa bayi-bayi yang kekurangan belaian dan hubungan manusiawi yang normal menunjukan tanda-tanda kemerosotan fisik dan mental yang bisa berakibat fatal. Ia menyimpulkan bahwa senthan emosional dan indrawi itu penting bagi kelangsungan hidup manusia. ia menyimpulkan teorinya dengan ungkapan “If you are not stroked, your spinal cord will shrivel up” (Jika engkau tidak mendapatkan belaian, urat saraf tulang belakangmu akan layu). Menutut Berne, dalam arti luas, belaian mengisyaratkan pengakuan atas kehadiran orang lain. Karena itu, belaian dapat digunakan sebagai unit dasar tindakan sosial.


F.  Efektivitas dan Kesulitan Komunikasi
a.   Kriteria
Dalam kamus komunikasi yang ditulis Onong Uchjana Effendy menegaskan bahwa komunikasi dikatakan efektif jika menimbulkan efek kognitif, efek afektifatau konatif (behavioral) pada komunikan, sesuai tujuan komunikator, namun tidak dipermasalahkan apakah tepat waktu atau tidak maupun apakah ada kesamaan pengertian antar komunikator dengan komunikan atau tidak.
Berbeda dengan pendapat Hendropuspito. Baginya komunikasi dikatakan mencapai sasaran apabila komunikan dapat menangkap pengertian yang sama dengan pengertian komunikator. Jika tidak komunikasi dianggap gagal. Selain itu ukuran lain untuk menentukan keberhasilan komunikasi ialah ketepatan waktu. Jika amanat yang disampaikan komunikator di terima terlambat, meskipun tepat waktu, komunikasi di anggap gagal. Dengan kata lain upaya utama dalam proses komunikasi perlu dipusatkan pada masalah ketepatan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu perlu dicari kesulitan yang harus dihadapi dan bagaimana memecahkanya.
b.   Kesulitan komunikasi
Menurut Hendropuspito ada beberapa kesulitan bagi komunikator dalam melancarkan komunikasinya. Kesulitan ini menyangkut aspek amanat komunikan, media dan unsur sosio budaya.
(1)   Kesulitan pada Amanat
Dalam komunikasi yang penting  ialah kejelasan dalam isi dari amanat, namun tidak selalu masyarakat sebagai komunikan dapat menangkap isi dan magsud dari amanat dari komunikator sehingga timbul keraguan, salah tanggap dan salah langkah dalam penerapannya.. tugas pertama komunikator ialah berusaha agar amanat iu jelas bagi dirinya sendri maupun bagi komunikan. Komunikator harus tahu benar apa yang hendak di sampaikan, untuk apa dan untuk siapa. Ungkapan-ungkapan yang lazim digunakan dalam komunikasi yaitu:
Ø Bahasa isyarat
Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi. Kaum tunarungu adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.
Bertentangan dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa sama. Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang sama, memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ada negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh: Inggris dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang sama.
Untuk Indonesia, sistem yang sekarang umum digunakan adalah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang sama dengan bahasa isyarat America (ASL - American Sign Language).
Bahasa isyarat seperti gerakan tangan, kepala, mata dan lain-lain hanya dipakai dalam jarak yang dekat. Ketepatan arti hanya dimengerti jika komunikator dan komunikan hidup dalam budaya yang sama.
Ø Bahasa Kata
Bahasa kata sering menimbulkan kesulitan yang menggagalkan tercapainya maksud komunikator, atau sekurang-kurangnya mengurangi keberhasilannya. Hal ini berhubungan dengan kata-kata (istilah) yang dipakai, susunan kalimat yang tidak benar serta singkatan yang dimengerti komunikan. Oleh karena itu komunikan harus berhati-hati dalam memilih perbendaharaan istilah. Setiap ahli yang memakai bahasanya sendiri belum tentu di mengerti oleh lingkungan lain. Jadi komunikator juga harus menggunakan kalimat yang baik dan benar dan singkatan yang umum dipakai.
Ø Bahasa Lambang
Pengungkapan amanat dapat dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang, yaitu tanda konversional yang menggunakan arti tertentu. Jika suatu lambing dipakai tetapi arti dan maksud yang dikehendaki komunikator belum kenal (belum ada konvensi atau consensus) pihak komunikan, maka maksud komunikasi mungkin tidak tercapai. Lambing berfungsi untuk menjelaskan  ide yang abstrak dan sulit diterangkan dengan kata-kata. Dengan lambing masalah yang kmplek menjadi lebih jelas dan mudah diingat,serta lebih mengesankan. Misalnya, lambang % berarti kelamin laki-laki dan & kelamin perempuan, dan bibit adalah simbul dari pramuka.
Jadi masalah pokok yang berhbungan dengan penggunaan lambing ialah apakah dapat dipastikan bahwa pemberian arti dan interpretasi dari pihak komunikan searti dan sepaham dengan pihak komunikator. Pertanyaan ini harus dijawab oleh setiap komunikator seperti seorang montor, seorang pemimpin,seorang pengkhotbah, seorang guru dan sebagainya.
·      Komunikasi harus setia, artinya benar-benar menyatakan apa yang dimaksud oleh komunikator. Komunikasi menjadi tidak setia pada fungsinya jika amanat yang disampaikan sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga komunikan menangkapnya dengan arti lain.
·      Komunikasi harus lengkap atau utuh. Seluruh pesan harus sampai kepada komunikan, tidak mengalami kebocoran di tengah jalan. Jika tidak, komunikasi dinilai tidak mencapai tujuan.
(2)   Kesulitan pada Komunikan
Pembahasan tentang kesulitan dari pihak komunikan karena amanat komunikan adalah dua pengertian yang korelatif. Kesulitan yang ada pada komunikan dapat berupa sikap komunikan terhadap penyiar, kepentingan komunikan (sudah dilayani atau belum), struktur komunikan dalam konteks sosio-budaya (apakah komunikan ditinjau dari segi kelamin, usia, pendidikan dapat menangkap amanat dalam wwaktu yang sama dengan ketepatan yang sama meskipun lingkup kebudayaan dan lokasi geografis berdeda). Untuk mengetahui dengan tepat kesulitan yang ada pada komunikan perlu diadakan penelitian,seperti:
·     Penelitian mengenai identitas kelompok komunikan ditinjau dari kebudayaan masing-masing.
·     Penelitian mengenai sikap dan harapan komunikan tehadap penyiaran amanat.
·     Penelitian mengenai media massa yang disukai komunikan, alat komunikasi apa yang bagi komunikan memiliki daya persuasive maksimal.
Di negara-negara seperti Amerika serikat dan Eropa penelitian tentang masalah serupa ini relative banyak diadakan, terutama oleh lembaga-lembaga pers dan badan-badan penyiar. Hasil penelitian mereka gunakan untuk memperbaiki kesalahan dan menyempurnakan pelayanan. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh di sana tidak selalu dapat diterapkan di Negara-negara yang sedang berkembang. Di negara-negara berkembang terdapat unsur-unsur  komunikasi tradisional yang masih kuat dan tidak dapat diatasi  dengan sistem komunikasi modern. Oleh karena itu masyarakat Negara berkembang perlu mengadakan penelitian sndiri. Negara berkembang biasanya mempunyai tujuan khas yakni pembangunan. Demi tercapainya tujuan itu segenap kegiatan masyarakat diarahkan ketujuan itu tersebut,termasuk media komunikasi mssa.
(3)   Kesulitan Pada Media Komunikasi
Dari sudut pandang sosiologi, pesoalan ini dapat dilihat beberapa hal.petama, publik sebagai penerima pesan ingin dapat memiliki alat penerima yang baik misalnya televise berwarna,film tiga dimensi dan sebagainya. Namun di sisi lain kenaiakan mutu media komunikasi massa menambah kualitas penghambat khususnya bagi golongan ekonomi lemah. Kedua, warga masyarakat maju dapat menikmati komunikasi massa dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi sehingga kecepatan dan ketepatan tidak merupakan hambatan lagi. Sebaliknya di dalam masyarakat yang sedang berkembang, dimana penghasilan penduduk perkapita masih rendah, kebahagiaan menikmati media komunikasi massa masih merupakan impian. Kurangnya stasiun pembantu pada tempat-tempat yang jauh dari pusat komunikasi dan lemahnya daya beli masyarakat terhadap barang-barang media komunikasi merupakan penghalang yang belum teratasi sebelumnya.
(4)   Kesulitan pada Unsur Sosio-Budaya
Yang dimagsud dengan kebudayaan dalam pembicaraan kita sekarang ini adalah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang mungkinkan hubungan sosial antar anggota suatu masyarakat. Sementara itu, yang hendak kita bahas adalah unsure-unsur sosio budaya yang dapat dikatakan menghambat efektifitas komunikasi sosial.
Sebelumnya, kita perlu melihat kebudayaan masyarakat industri madya kemudian; kita lihat kebudayaan masyarakat tinggi.  Jenis kebudayaan yang pertama juga dinamakan kebudayaan tradisional (dalam arti wajar) sedangkan jenis kebudayaan kedua cenderung disebut kebudayaan massa.
G.  Konsep-konsep komunikasi sosial dan pembangunan
Untuk dapat memiliki pemahaman tentang komunikasi sosial dan pembangunan (komunikasi pembangunan) secara sistematis dan komprehensif, kita perlu memiliki pemahaman awal tentang konsep–konsep komunikasi sosial dan pembangunan.[16]
Ø SistemSosial
Dalam proses komunikasi pembangunan, sistem sosial merupakan target atau sasaran dari perubahan yang akan diciptakan sistem sosial dapta didefinisika sebagai suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerja sama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Sebuah sistem sosial terdiri dari subsistem – subsistem sosial yang dalam konteks tertentu dapat pula menjadi sistem tersendiri.


Ø PerubahanSosial
Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial yang bersangkutan.
Ø Difusi
Difusi sebagai sebuah proses penyebaran ide baru dapat terjadi jika ada  inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, kepada anggota suatu sistem sosial.
Ø Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang dimana kebaruannya itu bersifat relatif. Suatu gagasan dapat dianggap sebagai sebuah inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu, tetapi juga dapat dianggap bukan inovasi oleh anggota sistem sosial lainnya
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Komunikasi merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Adapun tujuan dari komunikasi adalah untuk menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka agar apa yang kita sampaikan atau kita minta dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai.
Kata sosialisasi berasal dari kata sosial. Kata  “sosial” digunakan untuk menunjukan sifat dari makhluq yang bernama manusia. Sehinga munculah ungkapan manusia adalah makhluk  sosial. Ungkapan ini berarti bahwa manusia harus hidup berkelompok atau bermasyarakat. Mereka tidak dapat hidup dengan baik kalau tidak berada dalam kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain untuk hidup secara memadai dia harus berhubungan dengan orang lain. Masing-masing manusia (orang) saling membutuhkan pertolongan sesamanya.
Komunikasi sosial dapat di artikan suatu proses interaksi dimana seseorang atau sesuatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain agar pihak lain itu dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampainya baik secara verbal maupun nonverbal.
B.     Saran
Dalam pembuatan makalah tentang Komunikasi Sosial yang mencangkup Pengertian Komunikasi, fungsi dan tujuan dari adanya komunikasi, pengertian Sosial, Pengertian Komunikasi Sosial, Fungsi Komunikasi Sosial, Efektivitas dan Kesulitan Komunikasi, Konsep-konsep komunikasi sosial dan pembangunan ini tentu masih belum sempurna. Penyusun mengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penyusun dan pembaca haruslah berfikir kritis atas ilmu-ilmu yang didapat, termasuk pengertian komunikasi, proses komunikasi, dan unsur-unsur proses komunikasi serta tahap-tahap dalam proses komunikasi. Berfikir kritis yang penyusun maksud haruslah mempunyai dasar dalam berargumentasi dan tidak untuk menjatuhkan satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaja, Soelaeman B., “Sumber Kesalahpahaman”, Pikiran Rakyat, 13 Desember 1999)
Canggara, H. Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (PT RajaGrafindo Persada, 2004)
Devito, Joseph A., Komunikasi Antarmanusia, (Jakarta, Professional Books, 1997)
Effendi, Prof. Drs. Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (PT REMAJA ROSDAKARYA, 1984)
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005)
Rudy, Teuku, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat Internasional, (Bandung, PT Refika Ditama, 2005)
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010)
Widjaja, AW, Komunikasi : Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta, Bumi Aksara, 1993)


[1] Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT RajaGrafindo,2012),hlm.20.
[2]Drs. A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm.8.
[3]. Ibid. hlm. 17.
[4]. Cangara., Op.cit., hlm. 22.
[5] Cangara. Loc.cit. hlm. 10
[6]Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Jakarta, Professional Books, 1997), hlm. 34
[7]Ibid.,  hlm 9-11.
[8] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.
[9] Ibid., hlm. 60.
[10] Ibid., hlm. 62.
[11] Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005), hlm. 175
[12]Prof. Drs. Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (PT REMAJA ROSDAKARYA, 1984)hal. 11-19
[13] Ibid., hlm. 121
[14] Mulyana., Op. cit.,  hlm.61
[15] Ibid., hlm. 5
[16] Soelaeman B. Adiwidjaja, “Sumber Kesalahpahaman.” Pikiran Rakyat, (13 Desember 1999), 2: (6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar